"Pertumbuhan ekonomi AS yang merosot dari 3,2 persen menjadi 2,7 persen memberikan gambaran bahwa ekonomi global masih dilanda ketidakpastian," kata pengamat pasar uang, Farial Anwar, di Jakarta, Senin (27/6/2011).
Farial yang juga Direktur Currency Management Group, mengatakan, kondisi ini sebenarnya sangat menguntungkan bagi kawasan Asia, khususnya Indonesia, karena investor asing akan kembali menempatkan dananya di kawasan ini. "Pelaku asing masih belum melihat peluang untuk masuk ke pasar AS maupun Eropa yang masih menerapkan tingkat suku bunga rendah," ucapnya.
Penjualan perumahan yang mengalami kemerosotan, menurut dia, juga merupakan salah satu faktor yang menunjukkan ekonomi AS memang jauh dari harapan. "Bahkan sejumlah perusahaan AS banyak mengalami kerugian," ujarnya.
Meski pelaku pasar asing cenderung memegang dollar ketimbang rupiah yang merosot melewati angka Rp 8.600 per dollar, namun menurut Farial, tekanan pasar hanya sementara karena fundamental ekonomi Indonesia makin bagus.
Peluang investor asing kembali masuk ke pasar domestik, lanjut dia, sebenarnya cukup besar dan akan mendorong rupiah kembali menguat. "Jadi tidak perlu dikhawatirkan bahwa rupiah maupun indeks harga saham gabungan (IHSG) akan terus tertekan bahkan kembali bergerak naik dengan masuknya pelaku asing ke pasar domestik," ujarnya.
Sumber...