BANJARMASINPOST.CO.ID - Harga karet mulai mengempis akibat pasokannya berlimpah. Bahkan, harganya sudah berada dibawah US$ 5 per kilogram.
Di bursa Tokyo Commodity, harga pengiriman Juni mendatang sudah berada di level US$ 4,98 per kilogram. Penurunan harga karet ini merupakan imbas dari melorotnya harga berbagai komoditas lainnya yang dimotori oleh penurunan harga minyak dunia. "Menurunnya pasar karet mengikuti penurunan komoditas lain sebagai bentuk kekhawatiran melambatnya ekonomi global," ujar Ker Chung Yang, analis Philip Futures seperti dikutip Bloomberg akhir pekan lalu.
Ker Chung Yang menambahkan, meningkatnya suplai dari negara produsen ini juga ikut mendorong penurunan harga karet. Hal ini dibenarkan oleh Ketua Dewan Karet Nasional Azis Pane.
Dia bilang, penurunan harga karet alam internasional dipicu oleh meningkatnya suplai karet alam dunia. Peningkatan produksi ini terutama berasal dari negara di Asia. "Peningkatan terbesar dari India yang produksinya naik sekitar 40.000 ton," kata Azis pada akhir pekan lalu.
Salah satu penyebab suplai berlimpah lantaran penyerapan karet masih seret. Ini karena industri otomotif Jepang tidak berproduksi maksimal akibat hantaman gempa dan tsunami pada 11 Maret lalu. "Awalnya industri otomotif diekspektasi melesat kencang, tapi rupanya saat ini sedikit terjadi perlambatan," ujar Azis.
Catatan saja, penjualan Toyota Motor Corp di China pada April 2011 tercatat sebesar 48.700 unit. Jumlah ini melorot 23,5% ketimbang periode yang sama tahun 2010. Melihat kondisi ini, Azis memperkirakan harga karet masih berpeluang untuk terus melorot. "Harga karet bisa merosot ke level US$ 3,7 per kg," ujarnya.
Penurunan harga karet ini, menurut Azis masih akan berlangsung selama permintaan karet dari sektor otomotif belum kembali pulih. "Harga karet akan kembali stabil jika sektor otomotif sudah bangkit," jelasnya.
Di bursa Tokyo Commodity, harga pengiriman Juni mendatang sudah berada di level US$ 4,98 per kilogram. Penurunan harga karet ini merupakan imbas dari melorotnya harga berbagai komoditas lainnya yang dimotori oleh penurunan harga minyak dunia. "Menurunnya pasar karet mengikuti penurunan komoditas lain sebagai bentuk kekhawatiran melambatnya ekonomi global," ujar Ker Chung Yang, analis Philip Futures seperti dikutip Bloomberg akhir pekan lalu.
Ker Chung Yang menambahkan, meningkatnya suplai dari negara produsen ini juga ikut mendorong penurunan harga karet. Hal ini dibenarkan oleh Ketua Dewan Karet Nasional Azis Pane.
Dia bilang, penurunan harga karet alam internasional dipicu oleh meningkatnya suplai karet alam dunia. Peningkatan produksi ini terutama berasal dari negara di Asia. "Peningkatan terbesar dari India yang produksinya naik sekitar 40.000 ton," kata Azis pada akhir pekan lalu.
Salah satu penyebab suplai berlimpah lantaran penyerapan karet masih seret. Ini karena industri otomotif Jepang tidak berproduksi maksimal akibat hantaman gempa dan tsunami pada 11 Maret lalu. "Awalnya industri otomotif diekspektasi melesat kencang, tapi rupanya saat ini sedikit terjadi perlambatan," ujar Azis.
Catatan saja, penjualan Toyota Motor Corp di China pada April 2011 tercatat sebesar 48.700 unit. Jumlah ini melorot 23,5% ketimbang periode yang sama tahun 2010. Melihat kondisi ini, Azis memperkirakan harga karet masih berpeluang untuk terus melorot. "Harga karet bisa merosot ke level US$ 3,7 per kg," ujarnya.
Penurunan harga karet ini, menurut Azis masih akan berlangsung selama permintaan karet dari sektor otomotif belum kembali pulih. "Harga karet akan kembali stabil jika sektor otomotif sudah bangkit," jelasnya.