Perempuan tak berdaya? Tidak sepenuhnya benar. Untuk beberapa hal, memang iya. Kaum perempuan masih kerap terpinggirkan dan terkungkung oleh sebutan 'manusia lemah̢۪, itu sangat mungkin karena tak diberi kesempatan untuk menunjukkan potensinya.
Tapi untuk urusan pemberdayaan ekonomi keluarga, perempuan patut diacungi jempol. Tak percaya? Masih ingat saat krisis moneter menerpa Indonesia, banyak laki-laki yang harus kehilangan pekerjaan.
Entah karena pemutusan hubungan kerja atau diistirahatkan sementara. Apa pun istilahnya, jelas membuat mereka, terutama lelaki berkeluarga, harus menerima kenyataan bahwa sumber pemasukan keuangan rumah tangga menjadi terhenti.
Saat itu, banyak fakta yang membuktikan isteri mampu berbuat banyak untuk ekonomi keluarga. Mulai dari usaha kecil-kecilan sampai pada bentuk usaha berskala besar.
Dalam artikel ini memang sengaja tidak menampilkan angka-angka statistik. Karena khawatir dibodohi oleh angka, atau kecurigaan terhadap proses munculnya angka, juga karena ternyata beberapa sumber menyebutkan angka yang berbeda untuk satu subjek yang sama.
Memang, beberapa sumber data statistik menyebutkan bahwa angka perempuan bekerja masih lebih rendah dari laki-laki. Walaupun demikian, dari tahun ke tahun, jumlah angka perempuan yang bekerja diberbagai sektor semakin meningkat.
Perkembangan tersebut sangat mungkin dipengaruhi oleh meningkatnya pendidikan perempuan dan pergeseran budaya sebagai dampak globalisasi.
Namun demikian, meningkatnya peran perempuan dalam ekonomi keluarga jangan sampai berdampak buruk terhadap harmonisnya rumah tangga. Karena beberapa data juga menyebutkan bahwa tingginya tingkat perceraian dan konflik dalam keluarga, dipicu oleh makin mandirinya perempuan secara ekonomi.
Tapi sebaliknya, beberapa kasus juga menunjukkan adanya eksploitasi laki-laki terhadap potensi peran perempuan dalam kegiatan ekonomi.
Jadi, peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga pada konteks tradisi ataupun modern, di ranah spiritualitas apapun, sudah selayaknya berorientasi untuk harmonisnya keluarga.
Sumber
Tapi untuk urusan pemberdayaan ekonomi keluarga, perempuan patut diacungi jempol. Tak percaya? Masih ingat saat krisis moneter menerpa Indonesia, banyak laki-laki yang harus kehilangan pekerjaan.
Entah karena pemutusan hubungan kerja atau diistirahatkan sementara. Apa pun istilahnya, jelas membuat mereka, terutama lelaki berkeluarga, harus menerima kenyataan bahwa sumber pemasukan keuangan rumah tangga menjadi terhenti.
Saat itu, banyak fakta yang membuktikan isteri mampu berbuat banyak untuk ekonomi keluarga. Mulai dari usaha kecil-kecilan sampai pada bentuk usaha berskala besar.
Dalam artikel ini memang sengaja tidak menampilkan angka-angka statistik. Karena khawatir dibodohi oleh angka, atau kecurigaan terhadap proses munculnya angka, juga karena ternyata beberapa sumber menyebutkan angka yang berbeda untuk satu subjek yang sama.
Memang, beberapa sumber data statistik menyebutkan bahwa angka perempuan bekerja masih lebih rendah dari laki-laki. Walaupun demikian, dari tahun ke tahun, jumlah angka perempuan yang bekerja diberbagai sektor semakin meningkat.
Perkembangan tersebut sangat mungkin dipengaruhi oleh meningkatnya pendidikan perempuan dan pergeseran budaya sebagai dampak globalisasi.
Namun demikian, meningkatnya peran perempuan dalam ekonomi keluarga jangan sampai berdampak buruk terhadap harmonisnya rumah tangga. Karena beberapa data juga menyebutkan bahwa tingginya tingkat perceraian dan konflik dalam keluarga, dipicu oleh makin mandirinya perempuan secara ekonomi.
Tapi sebaliknya, beberapa kasus juga menunjukkan adanya eksploitasi laki-laki terhadap potensi peran perempuan dalam kegiatan ekonomi.
Jadi, peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga pada konteks tradisi ataupun modern, di ranah spiritualitas apapun, sudah selayaknya berorientasi untuk harmonisnya keluarga.
Sumber