JAKARTA: Percepatan lahirnya wirausaha pemula membutuhkan pendampingan dari inkubator bisnis sehingga mahasiswa tidak hanya menjadi spesialis pembuat proposal bisnis tetapi benar-benar mampu mewujudkan ide wirausahanya.
“Kehadiran inkubator bisnis sekarang ini saat dibutuhkan terutama untuk membantu program pengembangan wirausaha yang berada di kampus-kampus perguruan tinggi,” kata Dondi Hananto, pendiri Kinara Inkubator Bisnis, hari ini.
Menurut dia, gerakan wirausaha yang diawali oleh Ciputra kini telah menjadi gerakan nasional yang melahirkan banyak pelatihan entrepreneurship dan kompetisi business plan yang dilakukan oleh perguruan tinggi dan kalangan swasta.
Untuk berkontribusi pada gerakan nasional yang telah dicanangkan pemerintah, kalangan praktisi seperti inkubator bisnis yang dimilikinya melakukan pendampingan mulai dari membantu para mahasiswa untuk memperjelas ide-ide bisnis yang dimilikinya hingga akhirnya benar-benar dapat diwujudkan menjadi usaha yang mampu berkembang dari skala kecil hingga menjadi skala besar.
“Seperti halnya di rumah sakit, bayi-bayi yang baru lahir dengan kondisi yang tidak sehat akan distabilkan dengan masuk inkubator. Di dunia bisnis, para pemula (startup) bisa memilih masuk inkubator sehingga mereka dapat melakukan pembelajaran sekaligus praktek bisnis (learning by doing),” kata Dondi.
Kesulitan dari para mahasiswa yang telah mendapatkan pelatihan entrepreneurship di kampus-kampus untuk memulai bisnis startupnya adalah modal. Problem ini pula yang dihadapi para pelaku UKM pada umumnya untuk bisa mewujudkan gagasan-gagasan ide bisnis mereka.
Oleh karena itulah peranan para pengelola incubator bisnis dibutuhkan untuk memfasilitasi kebutuhan mereka.
Menurut Dondi, para startup (pemula) kesulitan meminjam uang di bank dan jika memperoleh pinjaman kreditpun sebulan setelah dana cair sudah ada kewajiban mencicil pinjaman, sementara bisnisnya sendiri masih belum berjalan.
“Inkubator bisnis dibutuhkan terutama oleh mahasiswa yang membangun startup dengan memanfaatkan dana hibah Kemendiknas. Pasalnya kebanyakan usaha mahasiswa itu tidak mampu bertahan lama sehingga dalam setahun sudah berguguran. Dengan pendampingan di incubator bisnis maka mereka dapat mempertahankan usahanya,” kata Dondi.
Dia mengaku rajin hadir di acara kompetisi busisness plan dan kegiatan seperti Startup Weekend Indonesia yang baru pertama kali digelar akhir pekan lalu. “Kami sangat menghargai ide-ide bisnis yang lahir dari kegiatan-kegiatan itu. Kalau peserta proposal bisnisnya tidak menang tapi dapat diwujudkan menjadi bisnis yang menguntungkan maka kami langsung memfasilitasi mereka untuk pengembangan perencanaan bisnisnya,” tandasnya.
Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dalam pengembangan entrepreneurship ini muncul lembaga-lembaga seperti YCombinator Company yang memberikan solusi pendanaan dengan dana sedikit tapi memberikan pendampingan dan koneksi yang luas sehingga seseorang yang ingin memulai usahanya bisa lebih focus dalam ide, pemasalahan dan solusi-solusi bisnis serta cara masuk ke pasar.
“Di Indonesia YCombinator Company itu seperti inkubator bisnis yang kami tekuni dan kami yakini akan memberikan akselarasi pada upaya mencetak sarjana pencipta lapangan kerja bukan pencari kerja," ujarnya. (ra)