Bisnis Makanan, Enak Menjadi Syarat Utama

JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam berbisnis kuliner, makanan enak menjadi syarat utama. Setelahnya, pelaku usaha harus bisa melakukan sejumlah kiat untuk dapat bertahan dalam bisnisnya.

"Kalau kita punya ide atau cita-cita. Kita harus lakukan sekarang juga jangan tunggu besok atau lusa," ujar Ferry Salim dalam membawakan sesi Sukses Wirausaha Kuliner pada ajang Sedap Mighty Culinary di Senayan, Minggu (24/7/2011).

Itu menjadi semacam kiat awal dalam memulai bisnis. Selain itu, aku dia, bisnis pun harus dilakukan dengan konsisten. "Saya kalau melakukan sesuatu betul-betul maksimal," tuturnya, yang mempunyai bisnis kuliner Shabu Slim dengan konsep all you can eat.

Karena keseriusannya, ia mengaku sering berada di toko, baik untuk ngobrol dengan pelanggan maupun membantu memasak. "Bidang bisa sama, tapi penyajian harus berbeda sehingga orang mendapatkan sesuatu," tambah dia.

Menurut Ferry, sesuatu yang berbeda akan menarik perhatian orang. Oleh sebab itu, ia pun membukan bisnis kulinernya dengan menggunakan konsep conveyour belt, di mana makanan sushi dan shabu-shabu akan berputar di antara meja-meja pelanggan.

Tidak lupa ia mengingatkan, pelaku usaha harus berani rugi. "Kalau kita terjun ke dunia usaha sudah pasti harus berani rugi," sebut dia, yang menetapkan batasan waktu bagi pelanggan untuk berada di restorannya paling lama 1 jam 30 menit supaya terjadi perputaran pelanggan. Kegagalan, sebut dia, bukan berarti membuat pelaku usaha harus berhenti.

Adapun untuk mempromosikan produknya, menurutnya, bisa menggunakan media sosial atau eletronik. Ini karena informasi melalui media ini cukup cepat. "Dan harus ada target. Dengan adanya target, keuntungan akan datang," katanya.

Mengenai tenaga kerja, ia menganjurkan pengusaha bisa membuat karyawan dapat mempunyai rasa memiliki atas usaha tersebut. Konsep ini ia terapkan dengan memberikan share usaha kepada kokinya.

Secara keseluruhan, Ferry menyebutkan saat ini hanya 0,18 persen penduduk Indonesia yang menjadi pengusaha. Ini masih jauh dari persentase yang seharusnya, yaitu minimal 2 persen penduduk supaya negara bisa maju.

Bisnis kuliner ini pun masih terus potensial untuk berkembang. Mengutip pernyataan Bob Sadino, ia mengatakan, "Selama orang makan dan melakukan buang air besar, bisnis kuliner akan jalan terus."