Harga Karet Melemah Ikuti Harga Minyak

JAKARTA, KOMPAS.com - Penurunan harga minyak mentah menjadi salah satu penyebab terjadinya penurunan harga karet berjangka.

Minyak terus mengalami penurunan (80 dollar AS per barrel) akibat adanya sentimen kekhawatiran terhadap kondisi perekonomian AS, setelah diumumkan bahwa rating kredit negara tersebut mengalami penurunan menjadi AA+ sesuai dengan prediksi sebelumnya.

Di SICOM (Singapore Commodity Exchange ) harga karet berjangka untuk penyerahan September 2011 ditutup pada level harga Usc468 per kg dari harga sebelumnya Usc476 per kg.Pelemahan minyak juga disebabkan oleh adanya spekulasi bahwa Bank Sentral Eropa akan memberikan bantuan kepada Italia guna mencegah semakin meluasnya dampak ancaman krisis finansial.

Diprediksi harga karet akan kembali mengalami kenaikan akibat pasokan terbatas asal Thailand. Adanya badai tropis Nock Ten di daerah Thailand Utara dapat membawa hujan lebat sehingga proses penyadapan karet terganggu.

Siaran pers perkembangan harga komoditas, yang dikeluarkan Badan Pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi, Selasa (9/8/2011) menyebutkan, produksi getah karet mentah di perkebunan petani Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung dilaporkan terus merosot akibat musim kemarau yang melanda daerah tersebut.

Dalam satu pekan biasanya bisa mendapatkan 300 sampai 400 kilogram, namun saat musim kemarau ini hanya menghasilkan 150 sampai 200 kilogram getah per hekt are dalam sepekan.

Namun harga karet saat ini masih bertahan cukup tinggi Rp10.000 per kilogram dalam beberapa pekan ini karena pengumpul kesulitan mendapat pasokan karet dari petani.

Luas perkebunan karet di Lampung Selatan mencapai 3.235 hektare dengan produktivitas 689 kilogram per hektare dalam sekali panen. Total produksi mencapai 643 ton per tahun yang bersentra di Kecamatan Tanjungbintang, Jatiagung, Merbaumataram dan Tanjungsari.


Kompas Gramedia